Rabu, 15 Juli 2009

KUMPULAN PUISI MOSES FORESTO OKTOBER 2006-JANUARI 2007



















KEBANGGAAN

Terimakasih Tuhan Yesus, aku bahagia... aku bangga akan Engkau
Artiku tiada, maknaku tiada, kecuali Engkau
Layak aku lenyap, layak aku tiada, adaku hanya karena Kau
DuniaMu lebih pantas tanpaku

Terimakasih untuk dukacita dariMu, s’bab sejahteraku sejati olehMu
Melimpah energi abadi, mana? Minta! Minta! Beri aku Tuhanku, berilah sedikit untukku
Dustaku mati, kenapa aku mesti ikut mati?
Kenapa ku lari? Terus membeku dan tak peduli?

Lentera hidup, tanah bergerak
Pelita hati, batu karang retak
Mentari jiwa, jam berdetak
Mata tertutup, kepalaku meledak. Cemar!


AMIN, TERJAWAB

Waktunya tepat!
Jumlahnya benar!
Tekunku salah ...
Sabarku hilang ...

Perihal terjawab, adalah kesipan hatiku
Perihal tepat, adalah penyerahanku
Perihal mendapat, adalah ucapan syukurku
Perihal kepastian, adalah Engkau, sukacitaku

Ampun... ya ampun ...
Aku yang menunda, aku pula menunggu

Saat terjawab kala ku bergegas pergi
Ternyata, oh Tuhan, ya... ampun... ampun...


KUSTA DAN BUTA

Aku si kusta dan aku si buta
Bukannya aku belum dijamah hingga sembuh
Sudah aku sembuh...
Sudah pula kudiberkati ...

Sembuh membuatku najis...
Berkat membuatku buta ...
Tahir membuatku sombong ...
Melihat membuatku sesat ...


PEMULIHAN

Melesak, menggebu, menggelegak
Menanti panen meledak dosa disemai
Berbunga berbuah hidangan mata jiwa
Daki menyusupi pori-pori

Sumbang nyanyian nurani
Batin merintih, kalah
Meletup mendidih, mendera amarah
Sejahteraku mati tak lagi suci

Pedih perih sayatan di biji mata
Berayun martil menghantam pelipis
Tak lagi tangguh berjaga di gerbang
Minyak kemana? pelita remuk

Tabah mendekat api
Sampah terbakar, ngengat dimurnikan tanpa sayap


SALEH KAIN GOMBAL

Kami yang suci berlutut berderet-deret menyebut namaMu
Air mata berlinang namaMu dikenang
Ooohhh inilah kami yang alim dan saleh...

Kami memuji, kompak dan merdu ...
Kami lah pembersih gerejaMu
Kami lah saksi-saksiMu

Jiwa kami lapar mengais sampah
Saatnya berebut tahi dengan anjing dan lalat
Apa itu keselamatan? Apa itu kelaparan?

Lapar itu perih, hina itu biasa
Sumpah serapah itu pujian yang jujur
Jika pagi ini tak binasa, selamat sudah sehari


DIALOG DENGAN NURANI

Hey, aku. Ya, kau. Kau bejana rusak, memalukan!
Aku, kau memang tak berguna
Kau, jangan aku memaki aku lagi
Aku, kenapa kau tak mengaku?
Kau, baiklah aku mengaku, kau jadi saksiku

Baik, aku memang memalukan, lalu apa mauku, kau?
Bukan, kaulah mauku.
Baik, kita memang duet serasi
Tidak, kau harus dihancurkan dulu

Duet kita tak pernah lengkap
Berdua takkan mampu
Hanya kau yang adalah aku, dan aku yang adalah kau
Tak cukup, harus ada Dia agar bejana kita jadi


GAYA TARIK SURGA

Hidupku dalam gaya tarik bumi
Melawan, melangkahkan kaki ke atas
Jatuh jauh kakiku melangkah terus
Oh, gravitasi bumi...
Mana gravitasi surga ...



SELAMAT JALAN PAK’E
(Puisi untuk ayah tercinta, R. Widagdo Kadyopranoto)

Tenanglah Kini Hatiku, lantunan terakhir buat bapak
Tanganmu dipegang teguh, Tuhan Yesus besertamu
Detik demi detik, maut mendekat, bapak tak lemah tak jua lelah berserah
Ajal menjelang, Mazmur berkumandang

Sengat maut musnah sudah
Tebusan Yesus tunai punah
Kelemahan duniawi lalu
Kekuatan surgawi berlaku

Otot susut, tulang menonjol
Kristus berseri-seri di binar mata menahan nyeri
Ragamu mengkerut, sakit tak terperi
Dalam lemah kuasaNya kian nyata

Terimakasih, Tuhan Yesus, terimakasih ya Bapa Surgawi
Puji Syukur bagi Yesus, kau pakai bapak jadi saksi
Teladan pahlawan iman tak surut oleh deraan ragawi
Kemenangan iman hingga tarikan nafas terhenti

Takkan perlawanan berakhir hingga Yesus memanggil
Kuat berdiri hingga gerbang rumah Raja
Sejahtera kekal buah laku adil
Pahlawan kami kini di surga


TAHUKAH AKU, KETAHUILAH OLEHMU

Seandainya kupunya otak, kan kubor kepalaku
Seandainya kupunya nyali, kusuntikkan ke dalam hatiku
Kutanam dalam-dalam di kepala dan hatiku
Bahwa kupercaya kepadaMu
(Sayangnya, aku bodoh dan tak bernyali...)

Daud melayangkan matanya ke gunung-gunung
Daud tahu pertolongan datang dariMu
Daud tahu, aku pun tahu
Daud percaya, aku pun percaya
(Sayangnya, Daud berani dan aku gentar)

Pada tahtaMu saja aku berharap
Jangan lagi aku bodoh
Berikan aku nyali
Jadikan aku berani, tak gentar meniru Daud


BUSUK DAN MUNAFIK; ITULAH AKU!

Tanpa syarat dan tanya
Tanpa logika tanpa andai-andai
Terima semua tanpa menduga
Siapakah manusia?

Kardus bekas sisikan sampah
Tambahkan air comberan dan perut ikan busuk
Bungkus dengan jubah ungu
Selimuti lenan bertanda salib

Ooohhh... pembungkusku indah mewah
Tampaknya harum mewangi terang gemerlap
Mendebarkan hati menggugah rasa
Maju, majulah pahlawan kebanggaan dunia

Bujuklah semua, busukkan semua
Buahi semua, sengat semua
Perbanyak nanah, perbesar luka
Panggil bangkai lainnya

Terus, larilah lari
Lelah kaki seret lutut
Biarkan terluka
Teruslah menjauh, cobalah terus menjauh!

Yesus takkan menyerah
Yesus pasti datang menjamah
Pasti sembuh
Pasti selamat.

Senin, 06 Juli 2009

Kumpulan Puisi Moses Foresto 2006


Lelah

Januari 2006

perut mulas, dingin

lutut bergetar, semua tak kuingin

sendiri, jauh-jauh

sepi adalah nikmat

sepi tak kunjung kudapat

gundah adalah sahabat

sahabatku hatiku

hatiku pengkhianat!







Judul Lukisan : Terhisap, 2008, Oil on canvas, 90X95cm

Pelukis : Moses Foresto, http://lukisanmoses.wordpress.com


Merdeka si Budak

Januari 2006

Kala kepiting masuk jala

Tak lebih merdeka burung pipit di kolam

Tak beda aku di gelap buta

Kendati merdeka, tak lain budak dalam kelam


Si Kumbang

Januari 2006

Kumbang kepik di telapak daun

Kumbang bebas tak dapat turun

Sayap patah

Kumbang tua lelah payah

Kumbang pasrah rela berserah

Mata menyala memerah saga

Kaki bertaut tak lelah berpijak

Hujan deras tak lantas beranjak


Kupu-kupu dan Kunang-kunang

Januari 2006

Kupu-kupu lumpuh tersedu-sedu

Menahan rindu melawan jarak

Kunang-kunang menyala datang merayu

Menahan nafsu gelombang bergejolak

Binatang kau, binatang aku

Ku mau, kau pun hendak, tak perlu dalih

Kau dan aku diberiNya nafsu

Kau dan aku, harus memilih…


KataNya dan Kataku

Januari 2006

KataNya segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

Kataku aku percaya

Kataku aku mau ikut Dia

Katanya mari datang padaKu

Kataku dan beribu-ribu kali berkata-kata: aku mau ikut Kau!

Kataku dan ribuan kata lainnya: aku mau ikut Kau!

Sampai kapan aku hanya berkata-kata?


Sibuk Dengan Kulit

Januari 2006

Sibuk lagi, rusuh lagi

Bedak lagi, gincu lagi

Kulit berkoreng berkerak nanah kering

Bedak lagi, gincu lagi, tutupi semua!

Selapis lagi kain terindah

Sewarna lagi yang terbaik

Dalamku sesak

Lapisi lagi lapisi terus

Belitkan dusta terbaik

Bungkuskan kemunafikan

Jangan ada kejujuran

Tunggu meledak

Biarkan meledak

Hancur bersama


Miskin

Januari 2006

Tak punya apa-apa

Tak punya siapa-siapa

Tak punya dimana-mana

Tak punya alasan; untuk apa?

Segala kupunya

Semua kumau

Aku punya banyak tiada

Aku mau tak satu jua

Tiada itu tanpa berat

Lepas aku ditindih tak punya

Mau-mauku menjerat

Kaku keram tanpa rasa


Surat

Januari 2006

Surat dusta surat jumawa

Tinggi goyang doyong rebah

Merangkak merambat habis daya

Lutut lemah berlutut berdarah

Jatuh di becek, lumpur gelap berbatu

Bertopang di tanah licin berlumut, dagu terbanting, surat selamat

Tangan dimana, kaki tak mau tau, surat di tangan jerat di kaki

Surat terkepal, surat jadi bubur, sirna jumawa, tak jua terbantu


Ya, Benar

Januari 2006

Benar lagi, benar saja

Kumohon ampun, aku salah

Tebalkan lutut, tengadahkan tangan

Nyata aku, salah lagi

Sakit dididik itu

Lemah, lelah, mentah

Keras, hancur

Tinggi, ditebas

Jatuh, sakit

Berlutut, mendongak, menengadah

Tunduk, merunduk, beralas diri

Telentang, damai

Terbuka, sejahtera


Lalu, nanti?

Januari 2006

Kala itu indah

Kala itu bahagia

Engkau adil, aku tidak

Aku buta, Kau tidak

Lalu gelap, sirna

Kasat mata itu maya

Yang maya itu pernah nyata

Yang maya mengiris jiwa

Yang nyata membelah mata

Nyatanya, apa yang nyata?

Kala mata terpejam semua jadi maya

Kenyataan hanya sekejap mata, menyentak jantung

Kemayaan hanya sepanjang hidup, melukai hati


Ya

Januari 2006

ya… iya… iya… iya…

kutrima saja

diam pun iya

lari pun iya

kuasakah menolak? kuasakah merubah?

selangkah ke depan saja kutak tahu ‘kan kemana

isi hati diri pun tak kuasa kuatur

tanpa daya, ya…iya…iya…iya… saja!


Ampun, Jangan!

Januari 2006

ampun, jangan lagi!

biarkan kulari hilangkan diri

diam

sepi

hilang hati, hilang diri

beri aku waktu

beri aku harga

beri aku daya

secukupnya, hanya untuk tahu bahwa aku ada


Ingin

Januari 2006

Andaikata iya, jika aku semut

Andaikata iya, jika aku burung

Andaikata iya, akankah aku lebih bebas?

Andaikata iya, jika saja tidak


Bayangan Pikiran & Bayangan Diri

Januari 2006

Bayangan disiksa lebih menyiksa daripada siksaan

Bayangan makan lebih nikmat daripada makanan

Bayangan sedih lebih menyakitkan daripada sedih

Dalam jiwa yang gelap tak ada bayangan

Terangnya jiwa menampakkan hati

Bayangan jalan itu melelahkan

Bayangan arah itu menyesatkan

Bayangan jiwa itu menggilakan

Bayangan diriku memalukan! menjauhlah!

Aku hanya ingin gelap, dalam gelap aku ada

Aku tak ingin terang, dalam terang aku tiada

Gelap memberikanku banyak, semua kupunya

Terang mengambil semuanya, dalam terang semua tak kupunya

Gelap membunuhku, terang menghidupkan

Terang mengecewakan, menyatakan

Terang menampakkan, mencampakkan

Terang menjadikanku sampah! enyahlah!

Karena bayangan pikiran itu nyata…

Kala hati menuntut, kala hati terbuka

Dalam gelap atau terang

Karena bayangan diri itu semu…

Kala mata terbuka, kala terang menerpa

Hanya dalam terang

Semuanya semu dan semuanya nyata

Tak ada yang semu dan tiada yang nyata

Semu dan nyata hanya bertumpu pada makna